29/11/11




Tiba di Bandara Langsung ‘Ditodong’ Guru, 6 Jam Kunjungi 5 Sekolah

Reses Anggota Komisi X DPR RI di Perbatasan (Bagian-1)

Penasaran dengan perbatasan, anggota Komisi X DPR RI Dr Ir Hetifah kembali berkunjung ke Nunukan, Rabu (2/11) kemarin. Politisi wanita asal Kaltim ini, sengaja memasukkan Nunukan dalam daftar lawatan reses lantaran miris melihat kondisi pendidikan di kawasan perbatasan. Apa dan kemana saja destinasi reses wanita kelahiran Bandung Jawa Barat ini?

Hendra Prhasta

SETELAH menempuh perjalanan panjang via Balikpapan-Tarakan, Hetifah demikian wanita ini akrab disapa, tiba di Bandara Nunukan Rabu siang sekira Pukul 12.00 wita menumpangi pesawat Susi Air. Tanpa diiringi embel-embel protokol sekretariat, Hetifah langsung melenggang ke pintu keluar untuk menyambangi staf ahlinya yang sudah lebih dulu standby di Nunukan.
Kehadiran anggota Komisi X ini ternyata sudah di wanti-wanti sejumlah guru asal Kecamatan Lumbis. Kontan saja ketika Hetifah berjalan menuju parkiran, 4 orang guru pria bergegas menghampiri. Tanpa berpikir panjang kendati sudah sangat familiar dengan wajah ibu 4 orang anak itu, para guru tersebut ‘menodong’ Hetifah dengan sejumlah permintaan.
“Nama saya Amos Manggasa bu’. Saya guru yang mengajar di SMP N 3 Tawo Lumbis,” ujar satu dari empat pria tersebut memperkenalkan diri. “Kami mohon kepada ibu agar masalah sertifikasi guru lebih dibenahi. Karena kami juga ingin mendapat kesempatan. Begitu juga dengan tunjangan perbatasan, kami berharap diberi keadilan. Saya sudah 4 tahun mengajar, tapi belum pernah menerima,” tambahnya menjurus.
Meski terlihat syok lantaran tiba-tiba dihampiri pria tak dikenal, Hetifah langsung mengumbar keprihatinannya. “Ini juga alasan saya mengapa kembali lagi ke Nunukan. Saya minta bapak-bapak ini segera mengumpulkan data lengkap mengenai jumlah guru yang belum menerima tunjangan khusus. Termasuk ruangan sekolah yang rusak. Karena data ini penting untuk saya suarakan ke kementerian yang membidangi,” pintanya.
Kendati harus bergegas melanjutkan perjalan ke Pulau Sebatik, pemilik nama lengkap Dr Ir Hetifah Sjaifudian MPP, menyerahkan kartu nama miliknya, agar para guru tersebut mudah menyampaikan aspirasi mereka. Usai berbincang singkat dengan Bupati Nunukan di lobi bandara, perjalanan berlanjut ke Pulau Sebatik menggunakan Speeedboat via PLBL Liem Hie Jhung.
Kujungan pertama langsung diarahkan ke SMK N I Sebatik Barat. Sudah menjadi kebiasaan Hetifah, dirinya selalu meluangkan waktu menyapa para guru-guru maupun murid di sekolah yang dikunjungi. Kebiasaan tersebut juga dia tunjukkan ketika berkunjung ke Nunukan beberapa pekan lalu.
“Dari segi fasilitas, SMK kami sudah lumayan bagus. Kalau boleh kami hanya ingin difasilitasi agar sekolah kami memiliki payung hukum untuk berinteraksi dengan pihak perusahaan. Artinya, ketika siswa kami ingin melakukan pelatihan, perusahaan yang beroperasi di wilayah Kabupaten Nunukan bersedia menampung,” ungkap Kepala Sekolah, M Gafur SPd.
“Untung-untung pihak perusahaan bersedia memakai tenaga lulusan SMK kami. Ketimbang harus mendatangkan SDM dari luar daerah. Saya kira kalau ada kesepakatan antara pemerintah daerah dengan pihak perusahaan, setelah lulus sekolah, siswa tidak lagi kebingungan mencari lapangan kerja,” tambahnya menyarankan.
Mendengar usulan ini, Hetifah lantas meminta Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Nunukan yang kebetulan ikut mendampingi resesnya, untuk menindaklanjuti hal tersebut ke pemerintah daerah. Kendati dikejar waktu, rombongan langsung menuju ke SDN 002 Sebatik Barat, disusul sekolah ketiga SMP N 1 Sebatik Barat.
“Saya ingin memanfaatkan waktu yang singkat ini untuk mendengar langsung keluhan dan kebutuhan pihak sekolah. Makanya saya minta Kepala Dinas Pendidikan menunjukkan saya sekolah-sekolah yang kondisinya sangat memprihatinkan. Beda rasanya dengan mendengar saja dibanding terjun melihat langsung,” ucap Hetifah kepada Radar Tarakan, sambil sesekali mengabadikan bangunan sekolah yang dikunjungi menggunakan Blackberry miliknya.
Hari semakin sore, sementara masih ada dua sekolah lagi yang harus dikunjungi. Tanpa menyia-nyiakan waktu, politisi Golkar itu meminta perjalanan berlanjut ke Sebatik Induk. “Kalau ikut ibu ini (Hetifah, red), harus siap-siap bawa bekal di mobil. Soalnya kalau udah waktu kerja gini, kadang sampai lupa makan. Parahnya kita ini yang kadang nggak nahan laper,” beber Eko, Staf Ahli yang sudah sejak lama mendampingi Hetifah, seraya tersenyum.
Tepat Pukul 17.00 wita, rombongan tiba di SDN 008 Sebatik Barat. Disinilah Hetifah sempat tercengang ketika melihat perumahan guru yang sementara dibangun persis ditengah-tengah bangunan sekolah. praktis, lapangan upacara dan taman bermain siswa makin sempit. Belum lagi luas lahan sekolah hanya berukuran 43X50 meter persegi.
Setali tiga uang, nasib SDN 005 Sebatik Barat tidak jauh berbeda. SD yang memiliki riwayat langganan banjir itu, sedang dibanguni satu unit gedung beton berkapasitas tiga unit Ruang Kelas Belajar (RKB). Ironisnya, areal bangunan tersebut sudah dipastikan rawan banjir, namun tetap ditempati membangun.
“Lalu untuk apa gedung itu kalau kemudian banjir tidak bisa ditempati? Apa tidak ada lahan lain yang bisa dibanguni?,” Tanya Hetifah. “Kami sudah pernah menyampaikan ini ke dinas terkait, tapi tidak digubris bu’. Mau tidak mau kami terima saja. Apalagi sudah terlanjur dibangun,” aku Nursam, Kepsek SDN 005 seakan pasrah.
Bahkan ketika Kadisdik Nunukan ditanyai mengenai situasi tersebut, diapun tak bisa memberi jawaban apa-apa. Padahal bangunan tersebut baru teranggarkan di APBD murni Kabupaten Nunukan tahun 2011. Tuntas di Pulau Sebatik, Hetifah bakal mengunjungi salah satu sekolah Indonesia, di Tawau Malaysia, Kamis (3/11). (bersambunng)

Tidak ada komentar: