Malaysia Paling Sering Melanggar
2009 Ada 26 Kasus, Tahun Ini 6 Garwil
NUNUKAN – Satelit Radar milik TNI Al Nunukan berhasil mengungkap aktivitas pelanggaran wilayah (Garwil) yang dilakukan Malaysia di perairan Sulawesi.
Tercatat, sepanjang tahun 2010 ini Malaysia telah berani melanggar wilayah kedaulatan NKRI sebanyak 6 kali, yakni 3 kali pelanggaran dilakukan oleh Police Marine, Tentara Udara Diraja Malaysia (TUDM) 3 kali dan Tentara Laut Diraja Malaysia (TLDM) nihil.
Itu baru data 2010, di 2009 disebutkan Komandan Pangkalan AL (Danlanal) Nunukan Letkol Laut (P) Rachmad Jayadi, justru jumlah Garwil lebih banyak, yakni sebanyak 26 kasus. Rinciannya, Polis Marine melakukan pelanggaran sebanyak 5 kali, TLDM 13 kali, TUDM 8 kali.
“Malaysia lah yang paling banyak melanggar garis wilayah perbatasan, baik itu TLDM, TUDM, bahkan nelayan-nelayan mereka sering mengambil ikan di perairan Laut Sulawesi,” ungkap Danlanal.
Langkah apa yang dilakukan saat mengetahui Garwil?
Pos AL Lanal Nunukan yang ada di Sei-Nyamuk Kecamatan Sebatik dioptimalkan untuk menjaga kawasan perairan laut Sulawesi berikut hingga titik Karang Unarang.
“Sesuai intsruksi dari pusat, jika kita mendapati tentara Malaysia melanggar garis wilayah, maka kita langsung mendatangi dan mengusir mereka (Malaysia, Red), kemudian melaporkan ke markas besar dan tembusan hingga ke Deplu,” sebut Danlanal.
Selain Garwil, Lanal Nunukan juga mencatat beberapa aktivitas lintas batas, yakni dari Nunukan-Tawau maupun sebaliknya Tawau-Nunukan, Sebatik-Tawau, Tawau-Sebatik. Di 2010 tercatat, pelanggaran pelintas batas totalnya 209.188 pelanggar, dan di 2009 paling tinggi, yakni total 297.098 pelanggar.
Sarana prasarana armada pengamanan perbatasan saat ini di antaranya Lanal Nunukan diperkuat KAL Ambalat dan KAL Bokori. Juga termasuk Patkamla, yakni armada Patroli Keamanan Laut (Patkamla) Simanggaris, Sembakung dan Salindanao. Kemudian speedboat patroli masing-masing satu di Posal Sei Pancang, Sei Nyamuk, Sei Taiwan, Tinabasan, Sebaung dan Tanjung Haus.
Ditambahkan, pihaknya juga memastikan, bahwa selama pengamanan wilayah perbatasan di perairan Sulawesi, suasana memanas apalagi sampai terjadi pertikaian seperti yang terjadi saat ini, yakni antara Indonesia-Malaysia, tidaklah terjadi antara Tawau Sabah dengan Nunukan sebagai garda terdepan wilayah Indonesia di Utara Kaltim.
Tahun 2005 silam, di titik perairan Karang Unarang sempat terjadi pertikaian antara Indonesia-Malaysia.
Saat itu, KRI Tedong Naga milik Indonesia terpaksa menyerempet Kapal Diraja Rencong (Malaysia) sebanyak tiga kali. Aksi itu terpaksa dilakukan karena KD Rencong berkali-kali melakukan manuver yang membahayakan pembangunan mercusuar di Karang Unarang.
Insiden penyerempetan kedua kapal ini merupakan bagian dari pertikaian perbatasan di kawasan Ambalat yang kaya migas. Petronas, perusahaan minyak Malaysia secara sepihak memberikan konsensi kepada perusahaan minyak Shell di Blok Ambalat. Dan Malaysia menyebutnya Blok XYZ.
Untuk diketahui, Malaysia mengklaim wilayah Ambalat adalah miliknya, menurut peta yang diterbitkan pemerintah Malaysia tahun 1979. Peta tersebut memicu protes dari berbagai negara tetangga, termasuk Indonesia.
Indonesia memprotes klaim sepihak itu dan memperketat keamanan di perairan Ambalat dengan menempatkan sejumlah kapal perang.
Beberapa kali kapal perang Indonesia berhadapan dengan kapal perang Malaysia di perairan Karang Unarang. Puncak ketegangan adalah insiden penyerempetan ini. Dari aksi penyerempetan itu, menyebabkan lambung sebelah kanan kapal Malaysia yang umurnya sudah tua dan berkarat jadi rusak. Sedangkan KRI Tedong Naga hanya tergores pada bagian lambung kiri.
Potensi Ikan Berlimpah
Alasan mengapa nelayan Malaysia, yang konon kabarnya selalu di bekup tentara Malaysia, menurut Agus Mahesa Sekretaris LSM Lingham Nunukan, lantaran potensi perikanan yang ada di kawasan karang unarang sangat berlimpah.
“Ikan cakalang dan ikan berukuran besar lainnya target emas nelayan Malaysia. Semantara, nelayan Indonesia kalah canggih, makanya tidak ada yang berani ke Karang Unarang lantaran kapal dan peralatan tangkap seadanya,” sesal Agus yang berharap pemerintah daerah dan pusat punya kepedulian untuk membantu peningkatan sarana prasarana tangkap nelayan di Nunukan maupun Sebatik. (ica)
28/08/10
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar